Cuaca di Gunung Everest merupakan salah satu aspek paling menentukan dalam keberhasilan dan keselamatan pendakian. Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 8.848 meter di atas permukaan laut. Dan karena tingginya tersebut, cuaca di gunung ini sangat ekstrem dan dapat berubah dengan cepat.
Salah satu hal paling penting yang perlu dipahami oleh para pendaki sebelum mencoba mendaki Everest adalah bagaimana cuaca di gunung ini dapat mempengaruhi keselamatan dan keberhasilan mereka. Cuaca di Everest sangat beragam, tergantung pada waktu tahun dan ketinggian.
Di dasar gunung, cuaca biasanya hangat dan lembap, terutama selama musim panas. Suhu di dasar gunung dapat mencapai sekitar 15-20 derajat Celsius. Namun, seiring naik ke ketinggian yang lebih tinggi, suhu akan semakin dingin. Di ketinggian sekitar 5.500 meter, suhu rata-rata bisa mencapai minus 10 derajat Celsius, dan di puncak gunung, suhu dapat mencapai minus 30 derajat Celsius atau bahkan lebih rendah.
Selain itu, di ketinggian yang lebih tinggi, pendaki akan menghadapi tekanan udara yang jauh lebih rendah. Yang dapat menyebabkan gejala-gejala penyakit ketinggian seperti mual, sakit kepala, dan kesulitan bernapas. Hal ini dapat mempengaruhi performa fisik dan mental para pendaki.
Musim yang paling populer untuk mendaki Everest adalah musim semi dan musim gugur. Pada musim ini, cuaca relatif lebih stabil, dan angin kencang yang sering kali mendera gunung pada musim dingin cenderung berkurang. Selain itu, jumlah turis dan pendaki di musim ini juga lebih banyak, sehingga menyediakan dukungan dan bantuan lebih banyak dalam pendakian.
Namun, meskipun musim semi dan musim gugur dianggap sebagai waktu yang lebih baik untuk mendaki Everest, cuaca di gunung ini tetap sulit diprediksi dan berubah dengan cepat. Hal ini membuat para pendaki harus selalu siap menghadapi perubahan cuaca tiba-tiba yang bisa sangat berbahaya.
Cuaca di Everest Dikenal Dengan Angin Kencang
Yang sangat kuat dan berbahaya, terutama di puncak gunung. Angin di puncak bisa mencapai kecepatan hingga 200 mph (320 km/jam) atau bahkan lebih tinggi lagi. Angin yang sangat kencang ini membuat pendakian di puncak menjadi sangat sulit dan berbahaya. Dan sering kali para pendaki harus menunggu selama berhari-hari atau bahkan minggu-minggu untuk mencoba mencapai puncak ketika angin sedang reda.
Salju dan badai salju juga menjadi ancaman besar bagi para pendaki di Everest. Salju yang terus-menerus mengendap di puncak gunung dapat menyebabkan kondisi berbahaya seperti longsor salju dan pergerakan gletser. Badai salju juga dapat mengurangi visibilitas, yang bisa sangat berbahaya bagi para pendaki yang mencoba mendaki atau turun dari puncak.
Satu hal lagi yang menjadi perhatian para pendaki di Everest adalah risiko gempa bumi. Nepal, negara tempat Everest berada, berada di zona patahan tektonik aktif, yang membuatnya rentan terhadap gempa bumi. Gempa bumi besar dapat menyebabkan longsor salju dan bahkan mengubah topografi gunung, yang bisa sangat berbahaya bagi para pendaki.
Oleh karena itu, para pendaki di Everest harus sangat memperhatikan perkembangan cuaca dan mendengarkan peringatan dan saran dari pemandu pendakian dan otoritas setempat. Kesiapan fisik dan mental juga sangat penting untuk menghadapi cuaca yang ekstrem dan tantangan fisik yang berat.
Dalam Beberapa Tahun Terakhir
Perubahan iklim global juga telah mempengaruhi cuaca di Everest. Pencairan es dan gletser menyebabkan peningkatan jumlah longsor salju dan ancaman bahaya lainnya. Hal ini menambah tingkat kesulitan dan risiko dalam mendaki gunung tertinggi di dunia ini.
Namun, meskipun tantangan cuaca dan risiko di Everest sangat tinggi, pencapaian mencapai puncak gunung ini tetap menjadi impian bagi banyak pendaki. Itu adalah tes nyata ketahanan fisik, mental, dan spiritual. Semangat petualangan dan keinginan untuk mengatasi diri sendiri dan alam semesta adalah sesuatu yang membuat para pendaki terus kembali ke Everest.
Dalam menghadapi cuaca yang ekstrem dan tantangan yang berat di Everest, para pendaki tidak hanya menemukan kesempatan untuk mencapai puncak tertinggi di dunia. Tetapi juga menemukan diri mereka sendiri dan memahami arti sejati dari ketangguhan dan ketabahan. Everest adalah tempat magis yang telah memikat manusia selama berabad-abad. Dan cuacanya yang tidak dapat diprediksi menjadi bagian integral dari keindahan dan tantangan gunung ini.